16.5.13

agus


Lihat Agus di peta yang lebih besar

1.8.12

Menanam

Kadang, hidup memberikan kita kenyataan yang sangat berbeda dengan apa yang kita bayangkan dan harapkan. Dan itulah bagusnya, kita selalu menjadi terkejut dibuatnya.

Awalnya, manusia selalu berusaha mengatur kehidupan ini. Segalanya harus sesuai dengan rencana. Meski semakin kita sok merasa semua dibawah kontrol kita, semakin ga sesuai dengan yang kita bayangkan hasilnya.

Well, I am not talking about our daily life. Malah, kalau anda memaksa, harian pun bisa menjadi contohnya. Cobalah buat rencana hari esok penuh sejak bangun hingga menjelang tidur. Jam per jam. Anda akan melakukan apa, tujuannya apa dengan siapa dan dimana. Catat semua dan lihatlah diakhir hari nanti, berapa persen dari rencana anda yang berhasil.

Ya. Untuk satu hari saja, kita tidak bisa mengaturnya.

Seorang rekan yang jauh lebih tua dari saya pernah berpetuah. Hidup itu seperti menanam, dan bibitnya kita yang pilih sendiri. Setiap orang punya bibit baik dan bibit buruk. Saat tumbuh nanti, hasil buahnya pun kita yang memakannya.

Saya mencoba memikirkannya kemudian dengan melihat sekitar. Ya, ada yang menanam hal baik dan buruk. Anehnya, saat memanam, kita selalu berfikir buah hasilnya nanti orang lain lah yang memakannya. Ya, orang lain.

Ada orang yang saat berbuat baik, dia berharap apa yang dilakukannya dapat membuat orang lain menikmati hal tersebut.

Begitu pula orang yang menanam bibit yang buruk. Ia iri, dengki, bercerita dan bergunjing, dan berharap orang lain memetik hal buruk yang kita tanam.

Ironisnya, apapun yang mereka tanam, mereka sendiri yang akan memanennya. Ya, mereka sendiri. They very own.

8.3.12

Jelek lo...

Gw yakin, kalo ada orang dikatain jelek pasti tersinggung. Ga perduli kalo dia memang jeleknya jelek banget, tetep aja ngga mau dibilang jelek. Ya, gw sadar banget.

Tapi, :
1. kalo ada yang bilang "orang jelek" itu ganteng atau cantik bukan berarti dia jadi bener kan? Hmm... kecuali pacarnya atau ibunya paling yang bilang dia itu cakep. Atau, dia itu ga bisa bedain mana cakep mana jelek.
2. bukan berarti pula, dengan mengatakan seseorang jelek, maka si "orang jelek" itu kehilangan maknanya menjadi manusia.
3. bukan berarti orang yang bilang "orang jelek" itu jelek, lebih ganteng.

Disini, gw bukan mau cerita masalah jelek atau cakep seseorang, tapi sebuah karya yang dibuat orang. Pengantar di atas cuma analogi dari pikiran yang buat gw masuk akal.

Mengapa gw nulis seperti ini? Begini ceritanya.

Sewaktu gw di kost-an, temen gw dateng dan bilangin gw kalo ada adek kelas gw menulis sebuah cerita chicklit. Chiklit itu diterbitin oleh salah satu penerbit yang cukup masyur dalam bentuk buku.

Wow, how excited I am...! Secara gw suka baca -- HUUALLAH -- Mendengar itu, gw langsung cari buku tersebut di toko buku depan kost-an. Dan terbeli dengan merelakan uang sebesar Rp.28.000,- rupiah.

Setelah baca... gw menyesal uang gw buang begitu saja. Intinya, gw bilang buku itu jelek. J-E-L-E-K. Gw ga asal-asalan bilang jelek kok. Nih alasannya :
A. Sudut pandang pencerita berubah-ubah. Kadang si A, kadang si B. Memang hal ini biasa dilakukan penulis lain, tapi dikasi tau lah kalo udah pindah pencerita. Mungkin karena yang nulis dua orang, jadi begini akibatnya.
B. Alur cerita ga nyambung.
C. Ending-nya ga jelas.
D. Penokohannya membingungkan.
E. Gw menilai penulis terlalu larut pada khayalannya dan menganggap semua pembaca mempunyai latar yang sama. Mana bisa?? makanya gw cape bacanya...

So, setelah gw bilang pendapat ini ke temen2 gw yang lain, mereka komplain dan menyalahkan gw. "Parah lo, kan bikin buku sampe diterbitin begitu ga gampang". Iya, gw juga tau.

Maka itu, buat lo yang ga terima akan pendapat gw itu, maka kembalilah ke analogi gw di awal :

1. Bukan berarti kalo gw bilang buku itu jelek, gw salah dan lo bener dengan bilang buku itu bagus. Dan ini bukan pertama kalinya gw bilang sebuah buku jelek. Kalo emang bagus juga gw promosiin.
2. Bukan berarti buku itu kehilangan maknanya sebagai sebuah buku. Gw tau buku itu berarti banget buat pengarangnya, penerbitnya atau keluarganya. Atau gw yang kehilangan uang secara sadar. Semua ada hikmahnya.
3. Bukan berarti kalo gw bilang buku itu jelek, gw bisa bikin buku bagus. Hehehe... gw ga pernah publish buku kok...

Afterall, mohon maap atas segala kekurangannya. Wabbilahi taufik wal hidayah... Wss Wr Wb...