26.3.05

pilihan

Kata orang "the choise is yours" atau pilihan itu milik lo.
Menurut gw, bukannya hidup itu memang cuma serangkaian pilihan.
Jadi, memilih adalah satu-satunya yang gw punya. Semua milikNya.

Ga ada benar dan salah dalam pilihan, yang ada baik dan buruk. Karena pilihan milik manusia, mahluk tak sempurna meski paling sempurna. Yang berhak menilai benar dan salah hanya Dia. Karena Ia tidak memilih, tapi berkehendak.

Tapi ingat, hati kita paling peka terhadap bisikannya.

So.. , gw milih jadi pygmalion aja...

Buat lo, terserah lo... the choise is yours...

25.3.05

Ngiri..

Ngiri gw ama Mas Tq, dosen dan guru gw. Mentang-mentang di Jerman, cerita yang bagus-bagus dan sangat beda dengan Indonesia. Hiks.. hiks... Huuaahh....

16.3.05

konsistensi

Do something dong...., kenapa?

biar maju, maksudnya?

mampu, buat apa?

terwujud, apanya?

impian, terus?

bahagia, kaya apa?

tentram, terus?

nyaman, hmm... caranya?

Do something..!!!, iya... terus apa?

lakuin terus, sampe kapan?

tercapailah.., apa? impian?

iya...., males...!!!

gmana sih.. konsisten dong, kelamaan..

ya udah... ga ke capai impian lo..., ya udah...

GIMANA SEEHH..., lho kenapa?

SEBBEELLL.., mang lo siapa?

elo.., ya udah... lakuin sendiri

gw mau..., bagus...

lo?, gw-nya ngga..

Bego lo..., biarin.. nah lo sendiri, ngapain baca-baca... do something lah...

:-p

8.3.05

Gentleman's Agreement

Gentleman's Agreement biasa dipake oleh para pebisnis dalam perjanjiannya. Meski ga ada hitam di atas putih, mereka tetap menghormati perjanjian tersebut layaknya berdasarkan hukum. Hal ini biasa dilakukan bila relasi merupakan orang atau badan yang sudah dikenal baik.

Sebenarnya, gentleman's agreement bukan istilah baru. Sejak zaman dulu, perkataan seorang pria memang diakui keabsahannya, bahkan dianggap sebagai janji. Contohnya, pernikahan dalam Islam (yang saya tau) hanya mengandalkan ucapan seorang pria mempelai dengan wali (harus pria juga) dari wanita dalam ijab kabul. Bukan bermaksud untuk merendahkan wanita, tapi ucapan pria jugalah hukum sah untuk dapat menceraikan ikatan tersebut.

Di kehidupan sehari-hari, kita sering mendapati janji-janji bertebaran, baik disampaikan teman, orang lain, ataupun diri kita sendiri yang memberi janji. Kalo ga ditepati, biasanya kita mengharapkan sesuatu hal masuk akal yang menghalangi orang tersebut memenuhi janjinya. Berbagai cerita sering keluar untuk membenarkan tidak terpenuhinya janji tersebut, kadang hal tersebut dibuat-buat (bohong lah, bahasa gampangnya).

Sebagian dari kita cenderung memaklumi jika efek janji tersebut kecil, seperti lupa bawa rokok buat temen, telat 5 menit dari waktu janjian, atau lupa dateng ke janjian acara yang kita anggap ga penting. Besar kecilnya, kadang juga dipengaruhi dengan siapa kita janji, kadang kita meremehkan janji dengan si Anu dibanding dengan si Ani.

Tapi, janji tetap janji. Ga ada janji besar atau kecil, semua penting. Jangan janji kalo ga bisa menuhin. Janji kecil, kalo kebiasaan ga dipenuhin, janji besar juga ga dipenuhin. So, mari penuhi janji kita...

Ada suatu quote dari luar yang bilang :
"wise man control his mind, others controled by it"
So, which one you gonna choose? Hati-hati aja ngomong, kalo ga bisa nepatin janji, pikir-pikir dulu deh... :-|

*Introspeksi gw hari ini.. :( setelah gw pikir-pikir selama ini terlalu menyepelekan janji-janji "kecil".
*Gentleman Agreement = an agreement based on trust, not written down, and not enforceable by law (definisi dari Microsoft Encarta)

3.3.05

Konsekuensi

Kata orang, waktu adalah jarak antara kejadian satu ke kejadian lain yang terus menerus terangkai. Dan waktu sendiri hanyalah persepsi manusia. Perbedaan persepsi manusia terhadap waktu mendorong dibuatnya ukuran baku untuk waktu tersebut, hingga muncullah istilah yang disebut detik, menit, jam, hari, tahun, dan ukuran waktu yang lain.

Kalau ga dibuat demikian, kehidupan bisa kacau. Ga akan ada janjian, perhitungan yang salah, dan bencana lain yang ga kebayang, karena tiap manusia menggunakan persepsinya masing-masing. Orang yang sedang kasmaran, akan merasa waktu begitu cepat, hingga ga ngerasa kalo di rumah dia ditunggu oleh orang tuanya. Orang yang sedang menunggu, akan merasa waktu berjalan lambat dan ia merasa sudah menunggu sangat lama, sedangkan yang ditunggu cuek aja karena ia merasa baru sebentar.

Kecenderungan yang ada, orang akan merasa waktu terasa lambat saat dia melakukan sesuatu yang ga disuka. Sebaliknya, waktu terasa cepat untuk mereka yang menyukai apa yang dilakukannya atau lagi kepepet.

Meski ga selalu benar, karena faktor persepsi bermain disini. Puluhan tahun terasa baru kemarin, karena kenangan tersebut masih terlintas jelas di benaknya. Dan yang baru kemarin terjadi, terasa sudah lama sekali karena dia ga terlalu ingat kejadiannya.

Kata orang lagi, hidup itu hanya masalah memilih. Dalam setiap momen hidup, manusia diberi pilihan-pilihan yang harus diambil, dan pastinya setiap pilihan yang diambil selalu diikuti konsekuensi yang mau ga mau diterima.

Dari pilihan sulit seperti ingin kuliah dimana, menikah dengan siapa, hingga pilihan sederhana seperti mau makan apa (buat orang mampu loh..., kalo orang susah, sulit juga jawabnya), mau pake baju apa atau mau naek angkot apa saat ke kampus nanti. Baik pilihan sederhana dan sulit tadi memiliki konsekuensi, makan yang mahal duit berkurang lebih banyak, mo pake baju apa mempengaruhi mood kita hari itu (mungkin) dan menikah dengan siapa juga menentukan bagaimana kehidupan berkeluarga kita kelak. Lagi-lagi kata orang, ilmu yang mempelajari pilihan-pilihan ini merupakan cikal bakal ilmu ekonomi.

Gw menulis disini bukan untuk meracau, atau ga jelas juntrungannya. Gw cuma teringat sama resiko yang sedang gw alami dari pilihan-pilihan yang sudah gw buat di masa lalu. Gw dulu memilih main mulu n ga kuliah, sekarang temen-temen gw udah pada skripsi n gw masih sibuk mengejar ketinggalan sks. Kuliah bareng anak baru yang gw sendiri ga kenal sama mereka. Temen gw yang udah jarang ke kampus dan asik dengan rencana penelitiannya.

Kayanya baru kemaren deh gw masuk, tau-tau kok sekarang gw harus keluar. Kayanya baru kemaren senang-senang maen, tau-tau gw udah harus menerima akibatnya. Kayanya kemaren, baru kenalan saat di OSPEK ya, kok sekarang udah pada mengucapkan selamat tinggal ya...

Okeh... mungkin gw ga hargain waktu, mungkin juga gw ga ngerti dengan ilmu ekonomi, atau mungkin juga gw sedang meracau. Tapi satu yang pasti, gw ga akan pernah menyesal lagi dengan apa yang telah terjadi dengan all the fuckin consequences yang menyertainya.

Sekali lagi kata orang, "Ga noda.., ya ga belajar".

Inspired by : "Tentang Dia"