Sebenarnya, gentleman's agreement bukan istilah baru. Sejak zaman dulu, perkataan seorang pria memang diakui keabsahannya, bahkan dianggap sebagai janji. Contohnya, pernikahan dalam Islam (yang saya tau) hanya mengandalkan ucapan seorang pria mempelai dengan wali (harus pria juga) dari wanita dalam ijab kabul. Bukan bermaksud untuk merendahkan wanita, tapi ucapan pria jugalah hukum sah untuk dapat menceraikan ikatan tersebut.
Di kehidupan sehari-hari, kita sering mendapati janji-janji bertebaran, baik disampaikan teman, orang lain, ataupun diri kita sendiri yang memberi janji. Kalo ga ditepati, biasanya kita mengharapkan sesuatu hal masuk akal yang menghalangi orang tersebut memenuhi janjinya. Berbagai cerita sering keluar untuk membenarkan tidak terpenuhinya janji tersebut, kadang hal tersebut dibuat-buat (bohong lah, bahasa gampangnya).
Sebagian dari kita cenderung memaklumi jika efek janji tersebut kecil, seperti lupa bawa rokok buat temen, telat 5 menit dari waktu janjian, atau lupa dateng ke janjian acara yang kita anggap ga penting. Besar kecilnya, kadang juga dipengaruhi dengan siapa kita janji, kadang kita meremehkan janji dengan si Anu dibanding dengan si Ani.
Tapi, janji tetap janji. Ga ada janji besar atau kecil, semua penting. Jangan janji kalo ga bisa menuhin. Janji kecil, kalo kebiasaan ga dipenuhin, janji besar juga ga dipenuhin. So, mari penuhi janji kita...
Ada suatu quote dari luar yang bilang :
"wise man control his mind, others controled by it"So, which one you gonna choose? Hati-hati aja ngomong, kalo ga bisa nepatin janji, pikir-pikir dulu deh... :-|
*Introspeksi gw hari ini.. :( setelah gw pikir-pikir selama ini terlalu menyepelekan janji-janji "kecil".
*Gentleman Agreement = an agreement based on trust, not written down, and not enforceable by law (definisi dari Microsoft Encarta)
No comments:
Post a Comment