3.3.05

Konsekuensi

Kata orang, waktu adalah jarak antara kejadian satu ke kejadian lain yang terus menerus terangkai. Dan waktu sendiri hanyalah persepsi manusia. Perbedaan persepsi manusia terhadap waktu mendorong dibuatnya ukuran baku untuk waktu tersebut, hingga muncullah istilah yang disebut detik, menit, jam, hari, tahun, dan ukuran waktu yang lain.

Kalau ga dibuat demikian, kehidupan bisa kacau. Ga akan ada janjian, perhitungan yang salah, dan bencana lain yang ga kebayang, karena tiap manusia menggunakan persepsinya masing-masing. Orang yang sedang kasmaran, akan merasa waktu begitu cepat, hingga ga ngerasa kalo di rumah dia ditunggu oleh orang tuanya. Orang yang sedang menunggu, akan merasa waktu berjalan lambat dan ia merasa sudah menunggu sangat lama, sedangkan yang ditunggu cuek aja karena ia merasa baru sebentar.

Kecenderungan yang ada, orang akan merasa waktu terasa lambat saat dia melakukan sesuatu yang ga disuka. Sebaliknya, waktu terasa cepat untuk mereka yang menyukai apa yang dilakukannya atau lagi kepepet.

Meski ga selalu benar, karena faktor persepsi bermain disini. Puluhan tahun terasa baru kemarin, karena kenangan tersebut masih terlintas jelas di benaknya. Dan yang baru kemarin terjadi, terasa sudah lama sekali karena dia ga terlalu ingat kejadiannya.

Kata orang lagi, hidup itu hanya masalah memilih. Dalam setiap momen hidup, manusia diberi pilihan-pilihan yang harus diambil, dan pastinya setiap pilihan yang diambil selalu diikuti konsekuensi yang mau ga mau diterima.

Dari pilihan sulit seperti ingin kuliah dimana, menikah dengan siapa, hingga pilihan sederhana seperti mau makan apa (buat orang mampu loh..., kalo orang susah, sulit juga jawabnya), mau pake baju apa atau mau naek angkot apa saat ke kampus nanti. Baik pilihan sederhana dan sulit tadi memiliki konsekuensi, makan yang mahal duit berkurang lebih banyak, mo pake baju apa mempengaruhi mood kita hari itu (mungkin) dan menikah dengan siapa juga menentukan bagaimana kehidupan berkeluarga kita kelak. Lagi-lagi kata orang, ilmu yang mempelajari pilihan-pilihan ini merupakan cikal bakal ilmu ekonomi.

Gw menulis disini bukan untuk meracau, atau ga jelas juntrungannya. Gw cuma teringat sama resiko yang sedang gw alami dari pilihan-pilihan yang sudah gw buat di masa lalu. Gw dulu memilih main mulu n ga kuliah, sekarang temen-temen gw udah pada skripsi n gw masih sibuk mengejar ketinggalan sks. Kuliah bareng anak baru yang gw sendiri ga kenal sama mereka. Temen gw yang udah jarang ke kampus dan asik dengan rencana penelitiannya.

Kayanya baru kemaren deh gw masuk, tau-tau kok sekarang gw harus keluar. Kayanya baru kemaren senang-senang maen, tau-tau gw udah harus menerima akibatnya. Kayanya kemaren, baru kenalan saat di OSPEK ya, kok sekarang udah pada mengucapkan selamat tinggal ya...

Okeh... mungkin gw ga hargain waktu, mungkin juga gw ga ngerti dengan ilmu ekonomi, atau mungkin juga gw sedang meracau. Tapi satu yang pasti, gw ga akan pernah menyesal lagi dengan apa yang telah terjadi dengan all the fuckin consequences yang menyertainya.

Sekali lagi kata orang, "Ga noda.., ya ga belajar".

Inspired by : "Tentang Dia"

1 comment:

Anonymous said...

wah, bung duniadanu memang pemikir yg oke dan tajam. Gue juga ngalamin hal seperti yang bung alami, tapi gue menyadarinya lebih lambat daripada bung danu.
but what can I say, life goes on, n u cannot turn back in time to fix some shitts in your life. As u say, Accept it and move on. no time 4 regret. No spot no learning. I agree with that.